Dalam bercocok tanam, mungkin kita mengenal istilah insektisida. Bahan-bahan kimia yang mempunyai sifat beracun yang dipakai untuk mengendalikan hama. Dalam penggunaannya insektisida dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, namun bisa mengendalikan hama dengan cepat. Biasanya insektisida digunakan oleh para petani untuk membasmi hama dan penyakit yang kerap kali menyerang lahan pertanian. Insektisida pertanian yang dipakai biasanya terbuat dari beberapa formulasi yang berbahaya misalnya Granule, Wettable Powder, Suspension Concentrate, dan Emulsifiable Concentrate. Bahan-bahan tersebut cukup ampuh dalam mengendalikan hama dalam hitungan detik.
Insektisida sering kali digunakan oleh para petani dengan melebihi dosis yang seharusnya. Hal ini karena petani beranggapan semakin banyak insektisida yang diaplikasikan maka akan semakin bagus hasilnya. Namun, penggunaan perekat ini justru mengakibatkan tingginya jumlah residu pestisida pada hasil panen yang nantinya akan menjadi bahan konsumsi manusia. Penggunaan insektisida pertama dimulai pada tahun 1930an untuk pertanian maupun kehutanan. insektisida ini terdiri atas 2 jenis yaitu sintetik dan anorganik. Pada insektisida organik sintetik banyak dipakai untuk hama yang kecil. Sedankang insektisida anorganik digunakan untuk hama berukuran besar. Berikut contoh mekanisme insektisida pertanian dalam penggunannya. Insektisida Racun Sistemik Untuk jenis insektisida seperti ini cara kerjanya tidak langsung membunuh OPT. Racun pestisida setelah disemprotkan akan menempel pada tanaman. Kemudian racun ini akan terserap ke dalam jaringan tanaman melalui daun atau akar. Contoh yang termasuk insektisida racun sistemik, yaitu :
Insektisida Racun Kontak Insektisida ini akan bekerja dengan baik jika terkena atau kontak langsung dengan OPT sasaran. Racun pada pestisida tersebut akan masuk ke jaringan tubuh organisme target. Selanjutnya akan terjadi gangguan fungsi fisiologis organisme target yang berakibat pada kematian. Contoh yang termasuk insektisida racun kontak, yaitu :
0 Comments
Dalam bidang pertanian, peranan tanah sangatlah penting untuk menentukan keberhasilan budidaya tanaman. Hal tersebut terjadi karena tanah sebagai media tumbuh, penyimpan unsur hara, udara, cadangan jenis jenis air dan sebagai rumah bagi mikroorganisme yang bertugas menguraikan sisa bagian tumbuhan yang telah mati untuk kembali menjadi unsur hara. Pada intinya dalam tanah terjadi berbagai proses biologis dan kimiawi yang terikat dalam satu siklus perputaran. Apalagi sekarang sedang tren menanam tanaman hias di kalangan masyarakat. Tanah harus mempunyai kualitas terbaik supaya tanaman dapat tumbuh secara subur dan optimal. Di Indonesia ada banyak jenis tanah. Sebelum memulai menanam ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih atau menggunakan tanah untuk media tanam.
Suatu tanah yang subur dapat diketahui dengan melihat ketebalan bunga tanah atau humus. Semakin tebal maka menandakan tanah tersebut kaya dengan bahan organik dan unsur hara sehingga tanaman dapat menyerap zat hara tersebut sebagai bahan baku untuk melakukan proses fotosintesis. Ketersediaan humus juga sebagai tanda bahwa sistem drainase lahan sekitar yang baik. Humus yang tebal akan meningkatkan daya hisap tanah terhadap air, hal ini disebabkan struktur lapisan humus berongga sehingga memungkinkan air untuk masuk lebih banyak. Kesuburan tanah dapat berubah ubah tergantung dari faktor faktor yang mempengaruhinya seperti penghanyutan lapisan tanah atau erosi tanah. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan untuk mengenali ciri ciri tanah subur untuk tanaman.
|
AuthorTips & Trisk Tanaman. Ketahui lebih lanjut tentang cara mengelola tanaman pertanian. Archives |